Just Earn The Money

banner

MMM

Sabtu, 16 Juni 2012

Kartini dalam Konspirasi Yahudi

Kartini dalam Konspirasi Yahudi
| Jodhi Yudono | Kamis, 19 Mei 2011 | 01:03 WIB
http://oase.kompas.com/read/2011/05/19/01030827/Kartini.dalam.Konspirasi.Yahudi
Share:

istimewa
Oleh: Siti Muyassarotul Hafidzoh*
Judul buku       : Kartini Mati Dibunuh: Membongkar Hubungan Kartini dan Freemason

Penulis      
       : Efatino Febriana
Penerbit           : Navila Idea Yogyakarta
Cetakan           : 1, 2011
Tebal               : 128 halaman
KOMPAS.com — Tradisi surat-menyurat merupakan tradisi manusia modern pada abad ke-19 dan ke-20. Dari surat-menyurat itulah, peradaban Eropa dirakit hingga begitu hebatnya. Tradisi surat-menyurat menjadikan sebuah peradaban maju menggapai spirit pengetahuan. Itulah yang telah dilakukan Kartini untuk menunjukkan eksistensi kemodernannya. Kartini tak pernah menulis buku, tetapi dia selalu berkorepondensi bersama para bangsawan cerdik yang memberikan informasi dan pengetahuan yang besar terhadap Kartini. Tak disangka, arsip surat-menyurat yang tersimpan itu diterbitkan. Nama Kartini kemudian menjadi perbincangan besar yang membuatnya sebagai tokoh perempuan yang dikagumi pada zamannya, bahkan sampai sekarang.
Ketekunan Kartini dalam surat-menyurat inilah yang mengantarkannya dikenal banyak kalangan pejabat Belanda. Sebagai anak seorang Bupati Jepara, Kartini tentu mendapat perhatian serius dari pejabat Belanda sehingga surat-suratnya membuat Kartini juga harus terlibat dalam konspirasi penjajah yang sedang mencari celah dalam menaklukkan Nusantara. Dari sinilah, Kartini sebenarnya tidak sadar bahwa tradisi surat-menyuratnya justru dimanfaatkan Belanda dalam rangka politik konspirasi. Inilah yang coba diurai penulis buku bertajuk Kartini Mati Dibunuh: Membongkar Hubungan Kartini dan Freemason.
Sejak kecil, Kartini sudah bergaul banyak dengan orang Eropa. Ini karena sejak kecil, Kartini dimasukkan ke sekolah elite orang-orang Eropa, Europese Lagere School (ELS) dari tahun 1885-1892. Pergaulan semasa belia tentu tak banyak membekas, tetapi sosok Kartini sebagai anak bupati mendapatkan perhatian dari Belanda. Makanya ketika sudah remaja, Kartini kemudian dikenalkan dengan JH Abendanon (Direktur Departemen Pendidikan, Agama, dan Kerajinan, Hindia Belanda) dan istrinya Ny Abendanon Mandri (wanita berdarah Puerto Riko-Yahudi).
Ny Abendanon sebenarnya yang berperan sangat krusial dalam korespondensi dengan Kartini. Ny Abendanon ditugasi pemerintah Hindia Belanda untuk mengawasi gerak-gerik Kartini. Otak di balik semua gerakan Hindia Belanda ini adalah seorang orientalis bernama Snouck Hurgronje, penasihat pemerintahan Hindia Belanda. Snouck dikenal sebagai orang cerdas yang menyukseskan agenda penjajahan Belanda di Indonesia, khususnya yang mengatur strategi kolonialisasi dalam menaklukkan umat Islam. Bukan saja Ny Abendanon yang ditugaskan Snouck, melainkan juga beberapa tokoh, antara lain Estella H Zeehandelar, perempuan yang sering dipanggil Kartini dalam suratnya dengan nama Stella. Stella adalah wanita Yahudi pejuang feminisme radikal yang bermukim di Amsterdam. Selain sebagai pejuang feminisme, Estella juga aktif sebagai anggota Social Democratische Arbeiders Partij (SDAP).
Tokoh lain yang berhubungan dengan Kartini adalah HH Van Kol (orang yang berwenang dalam urusan jajahan untuk Partai Sosial Demokrat di Belanda), Conrad Theodore van Daventer (anggota Partai Radikal Demokrat Belanda), KF Holle (seorang humanis), Tuan HH Van Kol, Ny Nellie Van Kol, Ny MCE Ovink Soer, EC Abendanon (anak JH Abendanon), dan Dr N Adriani (orang Jerman yang diduga kuat sebagai evangelis di Sulawesi Utara). Kepada Kartini, Ny Van Kol banyak mengajarkan tentang Bibel, sedangkan kepada Dr N Adriani, Kartini banyak mengkritik soal zending Kristen, meskipun dalam pandangan Kartini semua agama sama saja.
Hubungan akrab ini memang diciptakan oleh Snouck untuk membentuk Kartini sebagai sosok feminis yang akrab dengan pemikiran Barat. Kartini selalu mendapatkan buku baru dari teman korespondensinya. Tak salah kemudian kalau Kartini berpikir begitu progresif, melampaui kebudayaan Jawanya. Bahkan, Kartini masuk dalam pola pemikiran teosofi yang digerakkan kaum Yahudi dalam membangun jejaring konspirasi global. Snouck menginginkan agar Kartini menjadi tokoh perempuan yang tercerahkan lewat pemikiran Barat, bukan dari akar budayanya sendiri. Dengan begitu, maka Belanda seolah berjasa dalam pembentukan nalar anak bangsa. Ini wajar karena saat itu Belanda sedang menjalankan program politik etis.
Jejaring yang dibangun Snouck itulah jejaring Yahudi yang juga terlibat dalam kelompok rahasia bernama Freemason; sebuah aliran misterius kaum Yahudi yang memandang baik dan buruk dari nuraninya sendiri. Freemason merupakan aliran misterius yang tidak bisa terlacak. Yang tahu adalah para anggotanya sendiri. Dalam novel-novel karya Dan Brown dan Orhan Pamuk, Freemason banyak dikupas sebagai gerakan misterius yang mengguncang peradaban Barat. Freemason inilah yang merepotkan jejaring global dalam membangun perdamaian karena anggota Freemason selalu menebarkan virus misterius yang sulit dimengerti.
Pengaruh konspirasi Yahudi terlihat jelas dalam surat-surat Kartini. Lihat saja suratnya kepada EC Abendanon, 15 Agustus 1902, "Tuhan kami adalah nurani, neraka dan surga kami adalah nurani. Dengan melakukan kejahatan, nurani kamilah yang menghukum kami. Dengan melakukan kebajikan, nurani kamilah yang memberi kurnia." Surat ini hampir sama dengan surat Kartini kepada Ny Nellie Van Kol, 20 Agustus 1902, "Kebaikan dan Tuhan adalah satu." Surat ini jelas mengindikasikan Kartini masuk dalam jaringan pemikiran teosofi Freemason.
Dari surat-surat inilah, apakah konspirasi Yahudi-Freemason juga menikam Kartini pada usia mudanya sehingga ia meninggal sesaat setelah melahirkan? Pertanyaan ini masih digantung oleh penulis sehingga pembaca diajak mengembara mencari sendiri. Yang pasti, Snocuk memang mengagendakan untuk "menjebak" perempuan bernama Kartini untuk menenggelamkan tokoh perempuan Indonesia yang lain, seperti Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Dewi Sartika, dan Rohana Kudus. Kartini sejatinya ingin bersama-sama kaum perempuan Indonesia berjuang memberdayakan kaum hawa, tetapi Snouck tak ingin gemuruh gerakan perempuan membuat Belanda panik dengan kekuasaannya.  
*Pustakawan, Krapyak Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar