12:04
pangutangan
Saya mencoba merentang benang terkusutkan,
daripada suatu saat tambah susah diuraikan, dan mencoba mengurainya
dengan rasa cinta dan bangga saya kepada budaya tradisi suku saya yakni
Batak toba. tanpa ada maksud menyalahkan dan membenarkannya, namun hanya
maksud mengabarkan bahwa ada ulasan seorang tokoh yang bernama:
Claude Mariottini, seorang profesor
Perjanjian Lama di Northern Baptist Seminary sejak tahun 1988. Dan
lahir di Brasil. Llulus dari California Baptist College, Golden Gate
Baptist Seminary, The Southern Baptist Seminary, dan telah melakukan
kerja lulusan tambahan di Graduate Theological Union. Dia gembala di
gereja-gereja di California, Kentucky, Missouri dan Illinois. Beliau
telah menerbitkan lebih dari 150 artikel dan resensi buku dalam bahasa
Inggris, Spanyol, dan Rusia. Karya-karya akademisnya telah diterbitkan
dalam The Anchor Bible Dictionary, The Mercer Dictionary of the Bible,
The Holman Bible Dictionary, Alkitab Yahudi Quarterly, Perspektif dalam
studi Agama, Alkitab Illustrator, Abstracts Perjanjian Lama, Catholic
Biblical Quarterly, The Journal of Biblical Literature, dan Alkitab.
Adapun tulisan beliau tentang Suku Israel yang hilang adalah sebagai
berikut: a
Found: A Lost Tribe of Israel
(Found: Suku yang Hilang Israe)
A
few weeks ago, a group of people who live in Mizoram, a state located
in the north-east section of India, bordering Burma and Bangladesh, went
through a process of conversion and because Jews. The process of
conversion included a ritual bath known as the Mikvah, circumcision for
the men, and the recitation of the Shema: “Hear, O Israel: the Lord our
God, the Lord is one” (Deuteronomy 6:4). The population of Mizoram is
about 800,000 people. Most of them are Christians, but there are
5,000-8,000 people who claim to be Jews. According to their claim, they
are the descendants of the lost tribe of Manasseh. They call themselves
Bnei Menashe or “the Children of Manasseh.” These Mizo Jews say their
ancestors were deported by the Assyrians at the time of the conquest of
the Northern Kingdom
(Ada
sekelompok orang yang tinggal di Mizoram, sebuah wilayah yang terletak
di bagian timur laut India, berbatasan dengan Burma dan Banglades, pergi
melalui proses konversi dan karena orang-orang Yahudi. Proses konversi
termasuk mandi ritual yang dikenal sebagai Mikvah, sunat bagi laki-laki,
dan Membaca Shema: "Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan Allah kita,
Tuhan adalah satu" (Ulangan 6:4). Mizoram jumlah penduduk sekitar
800.000 orang. Kebanyakan dari mereka adalah Kristen, tetapi ada
5,000-8,000 orang-orang yang mengklaim dirinya sebagai orang Yahudi.
Menurut klaim mereka, mereka adalah keturunan dari suku Manasye yang
hilang. Mereka menyebut diri Bnei Menashe atau "Anak-anak Manasye."
Orang-orang Yahudi berkata Mizo nenek moyang mereka dideportasi oleh
orang-orang Asyur pada saat penaklukan Kerajaan Utara.)
The
deportation of the ten tribes that formed the Northern Kingdom of
Israel is a fact. When Tiglath-pileser III became king of Assyria in 745
B. C., he established a policy of permanent conquest. Assyria
reinforced this policy with brutal reprisal in case of revolts. The king
of Assyria carried out the policy of total conquest by means of
violence, pain, and suffering. At the beginning of his reign,
Tiglath-pileser reintroduced the policy of mass deportation. The policy
of mass deportation would force the conquered people to move in large
numbers to other parts of the empire. The aim of deportation was to
prevent the possibility of internal revolt by the vanquished people. In
order to confront the threat posed by the imperialistic dreams of
Tiglath-pileser, the Northern Kingdom of Israel and the Arameans (Syria)
formed an alliance to fight against the Assyrians. Ahaz, king of Judah,
was invited to join the coalition, but he refused. Because of Ahaz’s
refusal to join the alliance to fight against Assyria, the joint armies
of Israel and Syria besieged Jerusalem with the intent of deposing Ahaz
and placing on the throne of Judah another person who would be willing
to fight the Assyrians. Ahaz, in panic, sent messengers to
Tiglath-pileser asking for military help. He paid a tribute to Assyria
by using the gold and silver from the temple and from the royal
treasury, and asked for military assistance. In response to Ahaz's
invitation, Tiglath-pileser came to Palestine to help Judah.
(Deportasi
dari sepuluh suku yang membentuk Kerajaan Utara Israel adalah sebuah
fakta. Ketika Tiglath-pileser III menjadi raja Asyur pada 745 SM, ia
menetapkan kebijakan penaklukan permanen. Asyur kebijakan ini diperkuat
dengan pembalasan yang brutal dalam kasus pemberontakan. Raja Asyur
melaksanakan kebijakan dari total penaklukan dengan cara kekerasan,
kesakitan, dan penderitaan. Pada awal masa pemerintahannya,
Tiglath-pileser memperkenalkan kembali kebijakan deportasi massal.
Kebijakan deportasi massal akan memaksa orang-orang yang ditaklukkan
untuk bergerak dalam jumlah besar ke bagian lain dari kekaisaran. Tujuan
deportasi adalah untuk mencegah kemungkinan pemberontakan internal oleh
orang-orang yang kalah. Dalam rangka menghadapi ancaman yang
ditimbulkan oleh mimpi imperialistik Tiglath-pileser, Kerajaan Utara
Israel dan Arameans (Suriah) membentuk aliansi untuk memerangi
orang-orang Asyur. Ahas, raja Yehuda, diundang untuk bergabung dalam
koalisi, tapi ia menolak.
Karena
Ahas menolak untuk bergabung dengan aliansi untuk melawan Asyur,
pasukan gabungan Israel dan Suriah mengepung Yerusalem dengan maksud
memecat Ahas dan menempatkan di atas takhta Yehuda orang lain yang akan
bersedia untuk melawan Asyur. Ahas, panik, mengirim utusan ke
Tiglath-pileser meminta bantuan militer. Dia membayar upeti kepada Asyur
dengan menggunakan emas dan perak dari Bait Allah dan dari
perbendaharaan kerajaan, dan meminta bantuan militer. Sebagai tanggapan
atas undangan Ahas, Tiglath-pileser datang ke Palestina untuk membantu
Yehuda.)
Tiglath-pileser
invaded Syria, killed Rezin, king of the Arameans, and deported the
people of Syria to Kir (2 Kings 16:8-9). Tiglath-pileser also conquered
several cities in Galilee and Naphtali, deporting some of the people to
Assyria. The Bible says: “In the days of King Pekah of Israel, King
Tiglath-pileser of Assyria came and captured Ijon, Abel-beth-maacah,
Janoah, Kedesh, Hazor, Gilead, and Galilee, all the land of Naphtali;
and he carried the people captive to Assyria” ( 2 Kings 15:29). As for
the tribe of Manasseh, the Bible says: “So the God of Israel stirred up
the spirit of Pul king of Assyria (that is, Tiglath-Pileser king of
Assyria), who took the Reubenites, the Gadites and the half-tribe of
Manasseh into exile. He took them to Halah, Habor, Hara and the river of
Gozan, where they are to this day” (1 Chronicle 5:26). Several years
after the death of his father, Shalmaneser V, the son of Tiglath-pileser
conquered all the cities of the Northern Kingdom. He then besieged
Samaria, the capital of the Northern Kingdom, for three years. Just
before Samaria fell to Assyria, Shalmaneser V was killed in battle. With
the death of Shalmaneser, Sargon II, his brother, became king of
Assyria. Sargon finished the conquest of Samaria in 722 B.C. and
deported 27,290 inhabitants to other parts of the Assyrian empire. The
Bible says: “In the ninth year of Hoshea the king of Assyria captured
Samaria; he carried the Israelites away to Assyria. He placed them in
Halah, on the Habor, the river of Gozan, and in the cities of the Medes”
(2 Kings 17:6).
(
Tiglath-pileser
menyerang Suriah, membunuh Rezin, raja Arameans, dan dideportasi rakyat
Suriah untuk Kir (2 Raja-raja 16:8-9). Tiglath-pileser juga menguasai
beberapa kota di Galilea dan Naftali, mendeportasi beberapa orang untuk
Asyur. Alkitab mengatakan: "Pada zaman Raja Pekah dari Israel,
Tiglath-pileser Raja Asyur datang dan menangkap ijon, Abel-beth-maacah,
Janoah, Kedesh, Hazor, Gilead dan Galilea, seluruh tanah Naftali, dan ia
membawa orang-orang tawanan ke Asyur "(2 Raja-raja 15:29). Sedangkan
suku Manasye, Alkitab mengatakan: "Jadi, Allah Israel menimbulkan
semangat Pul raja Asyur (yaitu, Tiglath-Pileser raja Asyur), yang
mengambil Ruben, yang Gad serta separuh suku Manasye ke pengasingan. Dia
membawa mereka ke Halah, Habor, Hara dan sungai Gozan, di mana mereka
sampai hari ini "(1 Chronicle 5:26). Beberapa tahun setelah
kematian ayahnya, Shalmaneser V, putra Tiglath-pileser menaklukkan semua
kota-kota Kerajaan Utara. Dia kemudian mengepung Samaria, ibukota
Kerajaan Utara, selama tiga tahun. Tepat sebelum Samaria jatuh ke Asyur,
Shalmaneser V tewas dalam pertempuran. Dengan kematian Shalmaneser,
Sargon II, saudaranya, menjadi raja Asyur. Sargon selesai penaklukan
Samaria pada 722 SM 27.290 penduduk dan dideportasi ke bagian lain dari
kekaisaran Asyur. Alkitab mengatakan: "Pada tahun kesembilan Hoshea raja
Asyur merebut Samaria; ia membawa orang Israel pergi ke Asyur. Dia
menempatkan mereka di Halah, di Habor, sungai Gozan, dan di kota-kota di
Medes "(2 Raja-raja 17:6).
After
the people of Israel arrived in Assyria, families and clans were
scattered throughout the empire and from this point on they moved from
place to place and apparently lost contact with each other through
assimilation into Assyrian culture. The disappearance of these deported
people gave rise to the legend of the Lost Ten Tribes of Israel. The
concept of the “Lost Ten Tribes of Israel” is very controversial. The
basic idea refers to the disappearance of the ten tribes of the Northern
Kingdom of Israel. The people who lived in the cities of Israel and the
inhabitants of Samaria, its capital, were deported to different parts
of the Assyrian empire and blended in with other people and cultures
present in Assyrian society and then disappeared from the pages of
history. Over the years, many groups have made claims that they are the
remnants of the Lost Ten Tribes of Israel. Among these are some tribal
people of Afghanistan, the Jews of the Sahara, and some people in China,
Egypt, and Iran. In this country, Herbert W. Armstrong, the founder of
the Radio Church of God, believed that the Anglo-Saxons, the
Scandinavians, and the Germanic peoples are the living descendants of
the Lost Ten Tribes of Israel. The Mormon Church, also known as the
Church of Jesus Christ of Latter-day Saints, believes that the
restoration of the Ten Lost Tribes will be in North America. The 10th
article of the Mormon’s Articles of Faith states: “We believe in the
literal gathering of Israel and in the restoration of the Ten Tribes;
that Zion (the New Jerusalem) will be built upon this continent [the
Americas].”
(Setelah bangsa
Israel tiba di Asyur, keluarga dan marga-marga yang tersebar di seluruh
kerajaan dan dari titik ini pada mereka pindah dari satu tempat ke
tempat lain dan tampaknya kehilangan kontak dengan satu sama lain
melalui asimilasi ke budaya Asiria. Lenyapnya orang-orang dideportasi
ini melahirkan legenda Hilang Sepuluh Suku Israel.
Konsep
"Hilang Sepuluh Suku Israel" sangat kontroversial. Ide dasarnya mengacu
pada hilangnya sepuluh suku dari Kerajaan Utara Israel. Orang-orang
yang tinggal di kota-kota Israel dan penduduk Samaria, ibukotanya,
dideportasi ke berbagai bagian dari kekaisaran Asiria dan membaur dengan
orang lain dan budaya yang ada di masyarakat Asiria dan kemudian
menghilang dari halaman sejarah. Selama bertahun-tahun, banyak kelompok
telah membuat klaim bahwa mereka adalah sisa-sisa Hilang Sepuluh Suku
Israel. Di antaranya adalah beberapa suku rakyat Afghanistan,
orang-orang Yahudi dari Gurun Sahara, dan beberapa orang di Cina, Mesir,
dan Iran. Di negeri ini, Herbert W. Armstrong, pendiri Radio Gereja
Allah, percaya bahwa Anglo-Saxon, Skandinavia, dan bangsa-bangsa
Jermanik adalah keturunan hidup Orang Hilang Sepuluh Suku Israel. Gereja
Mormon, yang juga dikenal sebagai Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang
Suci Zaman Akhir, percaya bahwa pemulihan Sepuluh suku akan hilang di
Amerika Utara. Pasal 10 Mormon's Articles of Faith menyatakan: "Kami
percaya literal pengumpulan Israel dan dalam pemulihan Sepuluh suku;
bahwa Sion (Yerusalem Baru) akan dibangun di atas benua ini [Amerika].")
Are the Mizo Jews the descendants of the lost tribe of Manasseh? Jewish scholars are divided over the claims of the Bnei Menashe.
A report by an anthropologist claiming that there are similarities
between the rituals of the Jewish people prescribed in Leviticus and the
cultic practices of the Mizo Jews has provided a ray of hope for those
who claim that the Mizo Jews are one of the Lost Ten Tribes of Israel.
Genetic studies have not demonstrated a link between the Mizo Jews and
the Jews of Israel. Both the Mitochondrial DNA, passed from mother to
child, and the Y-chromosomal Aaron, the supposed chromosome that all
descendants of Aaron should share, have not established an ethnic
relationship between the two groups. As for the claims of the Mizo Jews,
the decision has been made. The Chief Rabbinate of Israel has declared
that the people who live in Mizoram and claim to be descendants of the
tribe of Manasseh are indeed the lost tribe of Manasseh. The rabbinical
court has given its blessing to the claims of the Mizo Jews. The process
of conversion is complete and now, under the laws of return, these new
Jews will soon immigrate to Israel and, for the first time in 3,000
years, enjoy the blessing of living in the Promised Land. The lost tribe
of Manasseh has been found. Or so they say! Claude Mariottini Professor
of Old Testament Northern Baptist Seminary
(Apakah
orang Yahudi Mizo keturunan dari suku Manasye yang hilang? Sarjana
Yahudi dibagi atas klaim dari Bnei Menashe. Sebuah laporan oleh seorang
antropolog mengklaim bahwa ada kesamaan antara ritual orang-orang Yahudi
yang ditetapkan dalam Imamat dan praktek-praktek pemujaan orang-orang
Yahudi Mizo telah memberikan secercah harapan bagi mereka yang
menyatakan bahwa orang Yahudi Mizo adalah salah satu dari Sepuluh Suku
Hilang Israel. Penelitian genetik belum menunjukkan hubungan antara Mizo
orang Yahudi dan orang-orang Yahudi Israel. Baik DNA mitokondria, lulus
dari ibu ke anak, dan Y-kromosom Harun, seharusnya kromosom bahwa semua
keturunan Harun harus berbagi, belum membuat hubungan etnis antara dua
kelompok. Adapun klaim orang Yahudi Mizo, keputusan telah dibuat. Kepala
Kerabian Israel telah menyatakan bahwa orang-orang yang tinggal di
Mizoram dan mengklaim sebagai keturunan dari suku Manasye yang hilang
memang suku Manasye. Para rabbi pengadilan telah memberikan berkat
kepada klaim Yahudi Mizo. Proses konversi selesai dan sekarang, di bawah
hukum kembali, orang-orang Yahudi baru ini akan segera berimigrasi ke
Israel dan, untuk pertama kalinya pada 3.000 tahun, menikmati berkat
yang tinggal di Tanah yang Dijanjikan. Hilang suku Manasye telah
ditemukan. Atau begitu mereka katakan! Claude Mariottini Profesor
Perjanjian Lama Northern Baptist Seminary)
Dibawah
ini akan kita paparkan ulasan dan uraian tentang Orang Batak toba
adalah suku Israel yang hilang, yang belakangan ini cukup banyak blog
mengutipnya, dari kenyataan ini dapat kita yakini bahwa cukup intusias
masyarakat Batak ingin mengetahui isi paparan ini.
Batak Toba, Keturunan Israel Yang Hilang
Batak
Toba, Keturunan Israel Yang Hilang Bangsa Israel kuno terdiri dari 12
suku. Setelah raja Salomo wafat, negara Israel pecah menjadi dua bagian.
Bagian Selatan terdiri dari dua suku yaitu Yehuda dan Benjamin yang
kemudian dikenal dengan nama Yehuda, atau dikenal dengan nama Yahudi.
Kerajaan Selatan ini disebut Yehudah, ibukotanya Yerusalem, dan
daerahnya dinamai Yudea. Bagian utara terdiri dari 10 suku, disebut
sebagai Kerajaan Israel. Dalam perjalanan sejarah, 10 suku tersebut
kehilangan identitas kesukuan mereka. Kerajaan utara Israel tidak lama
bertahan sebagai sebuah negara dan hilang dari sejarah. Konon ketika
penaklukan bangsa Assyria, banyak orang Kerajaan Utara Israel yang
ditawan dan dibawa ke sebelah selatan laut Hitam sebagai budak. Sebagian
lagi lari meninggalkan asalnya untuk menghindari perbudakan. Sementara
itu Kerajaan Yehudah tetap exist hingga kedatangan bangsa Romawi.
Setelah pemusnahan Yerusalem pada tahun 70 oleh bala tentara Romawi yang
dipimpin oleh jenderal Titus, orang-orang Yehudah pun banyak yang
meninggalkan negerinya dan menetap di negara lain, terserak diseluruh
dunia. Jauh sebelum itu, ketika masa pembuangan ke Babilon berakhir dan
orang-orang Yehudah atau disebut Yahudi diijinkan kembali ke negerinya,
dan sepuluh suku Israel dari Kerajaan utara memilih tidak pulang tetapi
meneruskan petualangan kearah Timur. Demikian juga dengan mereka yang
diperbudak di selatan laut Hitam, setelah masa perbudakan selesai, tidak
diketahui kemana mereka pergi melanjutkan hidup.
pangutangan
Dengan
demikian banyak diantara bangsa Israel kuno kemudian kehilangan
identitas mereka sebagai orang Israel. Ada sekelompok penduduk di daerah
Tiongkok barat, diterima sebagai puak Cina, tetapi secara umum profil
wajah mereka agak berbeda dengan penduduk Cina pada umumnya. Perawakan
mereka lebih besar, hidung agak mancung, namun berkulit kuning dan
bermata sipit. Mereka menyembah Allah yang bernama Yahwe. Sangat mungkin
mereka adalah keturunan sepuluh suku Israel yang hilang yang telah
kawin campur denganpenduduk lokal sehingga kulit dan mata menjadi
seperti penduduk asli. Saya percaya banyak diantara para pembaca yang
mengetahui bahwa di negeri Israel ada sekelompok kecil orang Israel yang
berkulit hitam. Mereka adalah suku Falasha, yang sebelum berimigrasi ke
Israel hidup di Etiopia selama ratusan generasi. Fisik mereka persis
seperti Negro dengan segala spesifikasinya yaitu kulit hitam legam,
bibir tebal, rambut keriting, dll.
Mereka mengklaim diri mereka
sebagai keturunan Israel atau disebut Beta Israel, dan dengan
bukti-bukti yang dimiliki, mereka mampu memenuhi seluruh kriteria yang
dituntut oleh Pemerintah Israel yang merupakan syarat mutlak supaya
diakui sebagai Israel perantauan. Setelah memperoleh pengakuan sebagai
keturunan Israel, sebagian dari mereka kembali ke Tanah Perjanjian
sekitar 15 tahun lalu dengan transportasi yang disediakan oleh
Pemerintah Israel. Itulah sebabnya mengapa ada Israel hitam.
Mereka
seperti orang Negro karena intermarriage dengan perempuan- perempuan
lokal sejak kakek moyang mereka pergi ke Ethiopia. Kita tahu bahwa bahwa
Ethiopia adalah salah satu negara yang penduduknya mayoritas Kristen
yang paling tua didunia. Ingat sida-sida yang dibaptis oleh Filipus
dalam Kisah 8:26-40. Bahkan sebelum era Kekristenan pun sudah ada
penganut Yudaisme disana.Walaupun banyak yang kembali, sebahagian lagi
tetap memilih menetap di negeri itu, dan merekalah yang menjaga dan
memelihara Tabut Perjanjian yang konon ada disana.
Apakah ada
diantara para pembaca yang pernah mendengar selentingan bahwa etnik
Bangso Batak Toba, adalah juga keturunan bangsa Israel kuno yang hilang?
Mungkin saja tidak, karena orang-orang Batak Toba sendiri banyak yang
tidak mengetahuinya, kecuali segelintir yang memberikan perhatian
terhadap hal ini.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia Batak
mempunyai arti (sastra), adalah petualang, pengembara, sedang membatak
berarti berpetualang, pergi mengembara. Walaupun demikian orang Batak
dikenali dengan sikap dan tindakannya yang khas, yaitu terbuka, keras
dan apa-adanya. Hosea 19:17: Allahku akan membuang mereka (ISRAEL YANG
MURTAD), sebab mereka tidak mendengar Dia, maka mereka akan MENGEMBARA
diantara bangsa-bangsa.
Mengapa di Sumatera, karena Sumatera
adalah salah satu pulau di Hindia yang berdekatan dengan India. Sumatera
juga merupakan salah satu pulau di Lautan Samudera Hindia.
Bandingkan
Yesaya 11:11: Pada waktu Tuhan akan mengangkut pula tangaNya untuk
menebus sisa-sisa umatNya (Bangsa ISRAEL YANG MURTAD) yang tertinggal di
Asyur, dan di Mesir, di Patros, di Ethiopia, dan di Elam, di Sinear, di
Hamat dan di Pulau-pulau di Laut.
Seperti yang diungkapkan oleh
seorang anthropolog dan juga pendeta dari Belanda, profesor Van Berben,
dan diperkuat oleh prof Ihromi, guru besar di UI (Universitas In 782
donesia), bahwa tradisi etnik Tapanuli (Batak Toba) sangat mirip dengan
tradisi bangsa Israel kuno. Pendapat itu didasarkan atas alasan yang
kuat setelah membandingkan tradisi orang Tapanuli dengan catatan-catatan
tradisi Israel dalam Alkitab yang terdapat pada sebahagian besar kitab
Perjanjian Lama, dan juga dengan catatan-catatan sejarah budaya lainnya
diluar Alkitab.
Beberapa peneliti dari etnis Tapanuli juga yakin
bahwa Batak adalah keturunan Israel yang sudah lama terpisah dari induk
bangsanya, tapi karena intermarriage dengan penduduk lokal ditempat
mana mereka bermukim membuat orang Batak secara fisik menjadi seperti
orang Melayu.
Seorang Batak Toba, yang sudah lebih dari 20 tahun
tinggal di Israel dan menjadi warga negara, berusaha mengumpulkan
data-data untuk pembuktian. Setelah merasa sudah cukup, dia
mengajukannya ke pemerintah Israel yang waktu itu masih dipimpin oleh PM
Yitzak Rabin. Tetapi tenyata data tersebut belum bisa memenuhi seluruh
kriteria. Pemerintah Israel kemudian meminta agar kekurangannya dicari
hingga dapat mencapai 100 persen supaya pengakuan atas etnis Batak
sebagai orang Israel diperantauan dapat diberi. Konon kekurangan itu
terutama terletak pada silsilah yang banyak missing links-nya, dan
menelusuri silsilah itu agar sempurna sama sulitnya dengan menyelam ke
perut bumi.
Peneliti berharap suatu waktu pada masa depan,
Pemerintah Israel bisa saja mengubah kriterianya dengan menjadi lebih
lunak dan etnik Batak diterima sebagai bahagian yang terpisah dari
mereka. Setelah mendengar selentingan itu, saya benar-benar menaruh
minat untuk menyelidiki sejauh mana budaya Bangso Batak Toba dapat
memberi bukti similaritasnya dengan tradisi Israel kuno. Alkitab adalah
buku yang prominent dan sangat layak serta absah sebagai kitab pedoman
untuk mencari data budaya Israel kuno yang menyatu dengan unsur sejarah
dan spiritual.
Beberapa diantara kesamaan tradisi Batak Toba dengan tradisi Israel kuno adalah sebagai berikut:
1). Pemeliharaan silsilah (Tarombo dan Marga) Semua
orang Tapanuli, terutama laki-laki, dituntut harus mengetahui garis
silsilahnya. Demikian pentingnya silsilah, sehingga siapa yang tidak
mengetahui garis keturunan kakek moyangnya hingga pada dirinya dianggap
na lilu - tidak tahu asal-usul - yang merupakan cacat kepribadian yang
besar. Bangsa Israel kuno juga memandang silsilah sebagai sesuatu yang
sangat penting. Alkitab, sejak Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru
sangat banyak memuat silsilah, terutama silsilah dari mereka yang
menjadi figur penting, termasuk silsilah Yesus Kristus yang ditelusuri
dari pihak bapak(angkat) Nya Yusuf, yang keturunan Daud dan pihak ibuNya
(Maria).
Catatan: MARGA adalah kelompok kekerabatan menurut
garis keturunan ayah (patrilineal) .Sistem kekerabatan patrilineal
menentukan garis keturunan selalu dihubungkan dengan anak laki laki.
Seorang ayah merasa hidupnya lengkap jika ia telah memiliki anak
laki-laki yang meneruskan marganya. Sesama satu marga dilarang saling
mengawini, dan sesama marga disebut dalam Dalihan Na Tolu disebut Dongan
Tubu. Menurut buku "Leluhur Marga Marga Batak", jumlah seluruh Marga
Batak sebanyak 416, termasuk marga suku Nias.
Catatan: Marga
dalam kamus Inggris Hassan Shadily dan John Echols adalah CLAN, yakni
Suku, Marga, dan KAUM. Dalam arti yang lain, Marga bias berarti Warga,
dari bahasa India (Sansekerta, kemungkinannya) . Jadi, kalau ada orang
Batak bermarga Tampubolon, berarti dia berasal dari KAUM TAMPUBOLON.
Bandingkan dengan KAUM LEWI, KAUM YEHUDAH, KAUM SIMEON dan lain-lain.
TAROMBO adalah silsilah, asal-usul menurut garis keturunan ayah.
Dengan tarombo seorang Batak mengetahui posisinya dalam marga. Bila
orang Batak berkenalan pertama kali, biasanya mereka saling tanya Marga
dan Tarombo. Hal tersebut dilakukan untuk saling mengetahui apakah
mereka saling "mardongan sabutuha" (semarga) dengan panggilan "ampara"
atau "marhula-hula" dengan panggilan "lae/tulang" . Dengan tarombo,
seseorang mengetahui apakah ia harus memanggil "Namboru" (adik perempuan
ayah/bibi), "Amangboru/Makela" ,(suami dari adik ayah/Om), "Bapatua/
Amanganggi/ Amanguda" (abang/adik ayah), "Ito/boto" (kakak/adik) ,
PARIBAN atau BORU TULANG (putri dari saudara laki laki ibu) yang dapat
kita jadikan istri, dst.
2). Perkawinan yang ber-pariban
Ada
perkawinan antar sepupu yang diijinkan oleh masyarakat Batak, tapi
tidak sembarang hubungan sepupu. Hubungan sepupu yang diijinkan untuk
suami-istri hanya satu bentuk, disebut marpariban. Cukup report
menerangkan hal ini dalam bahasa Indonesia karena bahasa ini tidak cukup
kaya mengakomodasi sebutan hubungan perkerabatan dalam bahasa Batak.
Yang menjadi pariban bagi laki-laki ialah boru ni tulang atau anak
perempuan dari saudara laki-laki ibu. Sedangkan yang menjadi pariban
bagi seorang gadis ialah anak ni namboru atau anak laki-laki dari
saudara perempuan bapa. Hanya hubungan sepupu yang seperti itu yang
boleh menjadi suami- isteri. Karena suku Batak penganut patriarch yang
murni, ini adalah perkawinan ulang dari kedua belah pihak yang
sebelumnya sudah terjalin dengan perkawinan.
Mari kita bandingkan
dengan Alkitab. Pada kitab Kejadian, Yakub menikah dengan paribannya,
anak perempuan Laban yaitu Lea dan Rahel. Laban adalah tulang dari
Yakub. (Saudara laki-laki dari Ribka, ibu dari Yakub). Didunia ini
sepanjang yang diketahui hanya orang Israel kuno dan orang Batak yang
sekarang memegang tradisi hubungan perkawinan seperti itu.
3). Pola alam semesta Orang
Batak membagi tiga besar pola alam semesta, yaitu banua ginjang (alam
sorgawi), banua tonga (alam dimensi kita), dan banua toru (alam maut).
Bangsa Israel kuno juga membagi alam dengan pola yang sama.
4). Kredibilitas Sebelum
terkontaminasi dengan racun-racun pikiran jaman modern, setiap orang
Batak, terutama orang tua, cukup menitipkan sebuah tempat sirih (salapa
atau gajut), ataupun sehelai ulos, sebatang tongkat, atau apa yang ada
pada dirinya sebagai surat jaminan hutang pada pihak yang mempiutangkan,
ataupun jaminan janji pada orang yang diberi janji. Walaupun nilai
ekonomis barang jaminan bisa saja sangat rendah tetapi barang tsb adalah
manifestasi dari martabat penitip, dan harus menebusnya suatu hari
dengan merelealisasikan pembayaran hutang ataupun janjinya. Budaya
Israel kuno juga demikian. Lihat saja Yehuda yang menitipkan tongkat
kepada Tamar sebagai jaminan janji (Kej. 38).
5). Hierarki dalam pertalian semarga Dalam
budaya Batak, jika seorang perempuan menjadi janda, maka laki- laki
yang paling pantas untuk menikahinya ialah dari garis keturunan terdekat
dari mendiang suaminya. Ini dimaksudkan agar keturunan perempuan tsb
dari suami yang pertama tetap linear dengan garis keturunan dari suami
yang kedua. Misalnya, seorang janda dari Simanjuntak sepatutnya menikah
lagi adik laki -laki mendiang (bandingkan dengan Rut 1:11).
Jika
tidak ada adik laki-laki kandung, sebaiknya menikah dengan saudara
sepupu pertama dari mendiang yang dalam garis silsilah tergolong adik.
Jika tidak ada sepupu pertama, dicari lagi sepupu kedua. Demikian
seterusnya urut-urutannya. Hal semacam ini diringkaskan dalam ungkapan
orang Batak : "Mardakka do salohot, marnata do na sumolhot. Marbona do
sakkalan, marnampuna do ugasan". Dalam tradisi Israel kuno, kita dapat
membaca kisah janda Rut dan Boas. Boas masih satu marga dengan mendiang
suami Rut, Kilyon. Boas ingin menikahi Rut, tapi ditinjau dari
kedekatannya menurut garis silsilah, Boas bukan pihak yang paling
berhak. Oleh sebab itu dia mengumpulkan semua kerabat yang paling dekat
dari mendiang suami Rut, dan mengutarakan maksudnya. Dia akan
mengurungkan niatnya jika ada salah satu diantara mereka yang mau
menggunakan hak adat-nya, mulai dari pihak yang paling dekat hubungan
keluarganya hingga yang paling jauh sebelum tiba pada urutan Boas
sendiri. Ya, mardakka do salohot, marnata do na sumolhot. (Baca kitab
Rut).
6). Vulgarisme Setiap orang
dapat marah. Tetapi caci maki dalam kemarahan berbeda- beda pada
tiap-tiap etnik. Orang Amerika terkenal dengan serapah: son of a bitch,
bastard, idiot, dll yang tidak patut disebut disini. Suku-suku di
Indonesia ini umumnya mengeluarkan makian dengan serapah : anjing, babi,
sapi, kurang ajar, dll. Pada suku Batak makian seperti itu juga ada,
tetapi ada satu yang spesifik. Dalam sumpah serapahnya seorang Batak tak
jarang memungut sehelai daun, atau ranting kecil, atau apa saja yang
dapat diremuk dengan mudah. Maka sambil merobek daun atau mematahkan
ranting yang dipungut/dicabik dari pohon dia mengeluarka 6ea n sumpah
serapahnya:, , Sai diripashon Debata ma au songon on molo so hudege,
hubasbas, huripashon ho annon !!!". Terjemahannya kira-kira
begini:,,Beginilah kiranya Tuhan menghukum aku kalau kamu tidak kuinjak,
kulibas, kuhabisi !!!".
Robeknya daun atau patahnya ranting
dimaksudkan sebagai simbol kehancuran seterunya. Orang-orang Israel kuno
juga sangat terbiasa dengan sumpah serapah yang melibatkan Tuhan
didalamnya. Vulgarisme seperti ini terdapat banyak dalam kitab
Perjanjian Lama, diantaranya serapah Daud pada Nabal. (1 Sam. 25,
perhatikan ayat 22 yang persis sama dengan sumpah serapah orang Batak).
7). Nuh dan bukit Ararat Ada
beberapa etnik didunia ini yang mempunyai kisah banjir besar yang mirip
dengan air bah dijaman Nuh. Tiap etnik berbeda alur ceritanya tetapi
polanya serupa. Etnik Tapanuli juga punya kisah tentang air bah, tentu
saja formatnya berbeda dengan kisah Alkitab. Apabila orang-orang yang
sudah uzur ditanya tentang asal-usul suku Batak, mereka akan
menceritakan mitos turun temurun yang mengisahkan kakek moyang orang
Batak diyakini mapultak sian bulu di puncak bukit Pusuk Buhit.
Pusuk
Buhit adalah sebuah gunung tunggal yang tertinggi di Tapanuli Utara,
dipinggiran danau Toba. Pusuk Buhit sendiri artinya adalah puncak
gunung. Pusuk Buhit tidak ditumbuhi pohon, jelasnya tidak ada bambu
disana. Yang ada hanya tumbuhan perdu, ilalang, dan rumput gunung. Bambu
- dari mana kakek moyang keluar - menurut nalar mendarat di puncak
gunung itu dan mereka keluar dari dalamnya setelah bambunya meledak
hancur. Mengapa ada bambu pada puncak Pusuk Buhit yang tandus dan
terjal? Tentu saja karena genangan air yang mengapungkannya, yang tak
lain adalah banjir besar. Dapat dipahami mengapa jalan cerita menjadi
seperti itu, karena setelah ribuan tahun terpisah dari induk bangsanya,
narasi jadi berbeda. Bahtera Nuh berubah menjadi sebentuk perahu bambu
berbentuk pipa yang kedua ujungnya ditutup, dan Bukit Ararat berubah
menjadi Pusuk Buhit.
8). Mangokal Holi atau Eksumasi (Pemindahan tulang belulang) Jika
Pemerintah mengubah fungsi lahan pekuburan, wajar jika tulang- belulang
para almarhum/ah dipindahkan oleh pihak keluarga yang terkait. Alasan
ini sangat praktis.
Bagi orang Tapanuli, penggalian tulang
belulang (eksumasi) dari kerabat yang masih satu dalam garis silsilah
dan dikuburkan didaerah lain adalah praktek yang sangat umum hingga
sekarang. Sering alasannya hanya untuk kepuasan batin belaka walaupun
biayanya sangat mahal karena termasuk dalam kategori perhelatan besar.
Pada bangsa Israel kuno hal semacam adalah kebiasaan umum. Sejarah
sekuler menuturkan bahwa tulang belulang Yusuf dibawa dari Mesir ketika
bangsa ini keluar dari sana. Juga dalam kitab lain dalam Perjanjian
Lama, sekelompok masyarakat berniat memindahkan tulang belulang dari
satu pekuburan (walaupun kemudian dihalangi oleh seorang nabi).
9). Peratap/Ratapan Adalah
wajar bagi jika satu keluarga menangis disekeliling anggota keluarga /
kerabat yang meninggal dan terbujur kaku. Mereka menangisi si mati, dan
seseorang meratapinya. Meratap berbeda dengan menangis. Meratap dalam
bahasa Tapanuli disebut mangandung. Mangandung ialah menangis sambil
melantunkan bait-bait syair kematian dan syair kesedihan hati.
Karena
sepenuhnya terikat dengan komponen syair-sayir maka mangandung ad 676
alah satu bentuk seni yang menuntut keahlian. Untuk memperoleh
kepiawaian harus belajar. Bahasa yang digunakan sangat klasik, bukan
bahasa sehari-hari. Setiap orang-tua yang pintar mangandung akan
mendapat pujian dan sering diharapkan kehadirannya pada setiap ada
kematian.
Di desa-desa, terutama di daerah leluhur - Tapanuli -
tidak mengherankan kalau seseorang orang yang tidak ada hubungan
keluarga dengan orang yang meninggal, bahkan tidak dikenal oleh
masyarakat setempat, namun turut mangandung disisi mayat. Masyarakat
mendukung hal seperti itu. Kata-kata yang dilantukan dalam irama
tangisan sangat menyentuh kalbu. Tak jarang pihak keluarga dari si mati
memberi pasinapuran (ang pao) kalau si peratap tersebut pintar, sekedar
menunjukkan rasa terima kasih.
Peratap-peratap dari luar ini
sebenarnya tidak menangisi kepergian si mati yang tidak dikenalnya itu.
Alasannya untuk turut meratap adalah semata-mata mengeluarkan kesedihan
akibat kematian keluarga dekatnya sendiri pada waktu yang lalu, dan juga
yang lebih spesifik yaitu mengekspresikan seni mangandung itu.
Ini
sangat jelas dari ungkapan pertama sebelum melanjutkan andung-
andungnya :,,Da disungguli ho ma sidangolonhi tu sibokka nahinan"
Sibokka nahinan adalah anggota keluarga sipangandung yang sudah
meninggal sebelumnya. Selanjutnya dia akan lebih banyak berkisah tentang
mendiang familinya itu.
Bagaimana dengan bangsa Israel? Dari
sejarah diketahui bahwa ketika Yusuf (perdana menteri Mesir) meninggal,
sanak keluarganya membayar para peratap untuk mangandung. Kitab
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru berkali-kali mencatat kata -kata
ratapan, meratap, peratap. Kitab Ratapan yang ditulis oleh raja Salomo,
dalam praktek Israel kuno adalah syair-syair yang dilantunkan sambil
mangandung, kendati bukan pada acara kematian.
10). Hierarki pada tubuh Dalam
budaya Batak, kepala adalah anggota tubuh yang paling tinggi
martabatnya. Menyentuh kepala seseorang dengan tidak disertai permintaan
maaf yang sungguh-sungguh, bisa berakibat parah. Sebaliknya anggota
tubuh yang paling rendah derajatnya ialah telapak kaki. Adalah
penghinaan besar jika seseorang berkata kepada seseorang lain:,,Ditoru
ni palak ni pathon do ho = Kau ada dibawah telapak kakiku ini", sambil
mengangkat kaki memperlihatkan telapak kakinya pada seteru. Penghinaan
seperti ini hanya dilontarkan oleh seseorang yang amarahnya sudah
memuncak dan sudah siap berkelahi. Pada zaman dulu, dalam setiap
pertemuan, telapak kaki selalu diusahakan tidak nampak ketika duduk
bersila. Pada bangsa-bangsa Semitik tertentu di Timur Tengah, tradisi
semacam ini masih tetap dijaga hingga sekarang karena memperlihatkan
telapak kaki pada orang lain adalah pelanggaran etika yang berat, karena
telapak kaki tetap dianggap anggota tubuh yang paling hina derajatnya.
11). Tangan kanan dan sisi kanan Dalam
budaya Tapanuli, sisi kanan dan tangan kanan berbeda tingkat
kehormatannya dengan sisi kiri dan tangan kiri. Jangan sekali-kali
berinteraksi dengan orang lain melalui tangan kiri jika tidak karena
terpaksa. Itupun harus disertai ucapan maaf. Dalam Alkitab banyak
tercatat aktivitas sisi `kanan' yang melambangkan penghormatan atau
kehormatan.
Yusuf sang perdana menteri Mesir memprotes ayahnya
Yakub yang menyilangkan tangannya ketika memberkati Manasye dan Efraim
(baca Kejadian 48). Rasul Paulus dalam salah satu suratnya menyiratkan
hierarki anggota tubuh ini. Juga baca Pengkhotbah 10:2, Mzm 16:8, Mat
25:33, 26:64 Mrk 14:62, Kis 7:55-56, 1Pet 3:22, dll.
12). Anak sulung Dalam
hierarki keluarga, posisi tertinggi diantara seluruh keturunan
bapak/ibu ialah anak sulung. Ia selalu dikedepankan dalam memecahkan
berbagai masalah, juga sebagai panutan bagi semua adik-adiknya. Jika
ayah (sudah) meninggal, maka anak sulung yang sudah dewasa akan
mengganti posisi sang ayah dalam hal tanggung jawab terhadap seluruh
anggota keluarga seperti yang diungkapkan dalam umpasa : Pitu batu
martindi-tindi, alai sada do sitaon na dokdok. Sitaon na dokdok itu
adalah si anak sulung. Tanggung jawab itulah yang membuat dia besar,
memberi karisma dan wibawa. Karisma dan wibawa, itulah profil yang
melekat pada anak sulung.
Alkitab ditulis dengan bahasa manusia,
bangsa Israel kuno. Deskripsi tentang anak sulung pada bangsa ini sama
seperti yang ada pada suku Batak yang sekarang, sehingga the term of the
firstborn (istilah anak sulung) banyak terdapat dalam kitab tersebut.
(baca Kel 4:22, 34:20, 13:12 dan 15, Im 27:26, Bil 3:13, 8:17, Mzm
89:28, Yer 31:9, Hos 9:20, Rom 8:23, Luk 2:27, 11:16, 1Kor 15:20 dan 23,
Kol 1:15 dan 18, Ibr 1:6, Yak 1:18, dll)
13). Gender
Hingga
sekarang posisi perempuan dalam hubungan dengan pencatatan silsilah
selamanya tidak disertakan karena perempuan dianggap milik orang lain,
menjadi paniaran ni marga yang berbeda. Hal yang sama terjadi pada
bangsa Israel kuno ; bangsa ini tidak memasukkan anak perempuan dalam
silsilah keluarga. Ada banyak silsilah dalam Alkitab, tetapi nama
perempuan tidak terdapat didalamnya kecuali jika muncul sebagai yang
sangat penting seperti Rut dan Maria (ibu Yesus). Kalaupun nama Dina
disebut juga dalam Alkitab, itu bukan karena posisinya yang penting
tetapi hanya sebagai pelengkap nama- nama keturunan Yakub yang kemudian
menurunkan seluruh bangsa Israel. Dalam Tradisi Israel, anak perempuan
tidak dihitung sebagai bangsa, tetapi anak laki-laki, red.
13). Kemenyan BATAK TOBA Ada
cerita yang sangat dipercaya oleh masyarakat Tapanuli, Sumatera Utara.
Salah satu persembahan yang dibawa tiga majuz atau cendekiawan dari
timur untuk bayi Yesus yang baru dilahirkan di Betlehem itu berasal dari
Tanah Tapanuli. Persembahan itu berupa kemenyan, mendampingi dua
persembahan lainnya, emas dan mur. Lewat cerita turun-temurun,
masyarakat Tapanuli percaya kemenyan itu dibawa dari Pelabuhan Barus,
yang dulu pernah menjadi pelabuhan besar, menuju Timur Tengah, hingga ke
Betlehem. Cerita itu semakin bergulir mengingat sebagian besar penduduk
Tapanuli beragama Kristen dan Katolik yang erat dengan cerita kelahiran
Yesus Kristus. Kebenarannya memang perlu diteliti, tetapi setidaknya
dari cerita itu bisa terlihat bahwa sampai sekarang pun getah harum
bernama kemenyan, yang dalam bahasa Batak disebut haminjon, itu begitu
erat dengan kehidupan orang Tapanuli. Kepala Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumatera Utara yang juga mantan Bupati
Tapanuli Utara RE Nainggolan menjelaskan, kemenyan pernah sangat
menyejahterakan masyarakat Tapanuli.
Dan, getah harum itu ikut
pula membesarkan namanya. "Nenek saya pedagang kemenyan," tuturnya. Ia
tahu persis, pada tahun 1936 neneknya sudah mempunyai mobil untuk
mengangkut kemenyan dari Tapanuli ke Pelabuhan Sibolga. Saat itu harga
satu kilogram kemenyan sama dengan satu gram emas. Standar itu dipakai
terus oleh petani dan pengepul di Tapanuli: Satu kilogram kemenyan sama
dengan satu gram emas. Satu kilogram kemenyan juga setara satu kaleng
(16 kilogram) beras. Selain cerita tentang persembahan dari timur untuk
Nabi Isa itu, tak banyak orang tahu sejarah kemenyan di Tapanuli.
Kebanyakan warga menyebutkannya sebagai tanaman ajaib yang sudah ada
ratusan tahun dan menghidupi masyarakat Tapanuli.
14). Pemberian Nama Bayi yang Lahir Tujuh Hari
Di
dalam tradisi Parmalim - Agama Leluhur Batak Kuno, setiap anak bayi
yang lahir selama tujuh hari harus di bawa ke Pancur untuk Permandian
dan sekaligus pemberian nama. Permandian bayi yang sudah tujuh hari itu
diserahkan ke Imam Parmalim. Setelah itu diberi nama dengan diadakannya
Pesta Martutu Aek.
Memang tidak ada sunat, tetapi beberapa suku
Israel seperti Bene Menashe di India dan Suku Chiang Min pun melakukan
hal yang sama. Karena apa? Karena mereka sudah melalui generasi ke
generasi, asimilasi, masuknya unsur-unsur lokal dan sebagainya, seperti
nama- nama dewa-dewi sesembahan lokal dimana mereka tinggal. Seperti
itulah, tetapi identitas keaslian mereka sebagai keturunan Israel masih
kelihatan. Seperti budaya, adat, Agama -Kepercayaan Monotheisme
(meskipun masuknya paham lokal setempat), dan beberapa kebiasaan yang
berbeda dengan suku - suku yang lainnya.
15). Monoteisme Hamalimon - Parmalim - Ugamo Malim Hamalimon
- Parmalim - Ugamo Malim, Agama Leluhur Bangso Batak Toba Parmalim,
kaum minoritas yang tegar mempertahankan nilai leluhur batak. Kata Malim
berasal dari bahasa Arab yang terdapat di kitab- kitab suci; yang
berarti suci dan saleh dari asal kata Muallim. Dalam bahasa Arab Muallim
merujuk kepada istilah orang suci yang menjadi pembimbing dan sokoguru.
Parmalim diistilah Batak berkembang ke dalam pengertian; orang-orang
saleh berpakaian sorban putih. Parmalim merupakan agama monotheis asli
Bangso Batak Toba. Parmalim sudah ada sejak 497 Masehi atau 1450 tahun
Batak. TUHAN menurut Hamalimon -Parmalim - Ugamo Malim Ugamo malim
menyebut Tuhan adalah Mulajadi na Bolon (Awal Mula Yang Besar, red).
Mulajadi na Bolon adalah Tuhan Yang Maha Esa yang tidak
bermula
dan tidak berujung. Bahwa Mulajadi na Bolon atau Tuhan itu wujud atau
ada. Tetapi tidak dapat dilihat. Dia tidak bermula dan tidak mempunyai
ujung. Dia adalah mutlak absolut, Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Agung dan
tidak dapat dibandingkan. Dia dekat dan jauh dari alam ciptaannya. Dia
adalah kuasa yang menghukum dan kuasa mengampuni. Kuasa kasih dan kuasa
murka. Demikianlah sifat-sifat Mulajadi Na Bolon, Tuhan yang satu
bersadarkan Ugamo Malim.
Dalam Injil Perjanjian Lama,
menceritakan Raja Salomo dikenal dengan Nabi Sulaiman, memerintahkan
rakyatnya melakukan perdagangan dan membeli rempah-rempah hingga ke
Ophir. Ophir patut diduga adalah Barus di Tapanuli. Perkiraan itu punya
jejak spiritual berbentuk kepercayaan monotheisme. Misalnya Ugamo
Parmalim yang menjadi agama asli etnis Batak, meyakini Tuhan Yang Maha
Esa dengan sebutan Ompu Mulajadi Na Bolon (Parmalim atau Ugamo Malim,
pen).
Selain itu, sekelompok penyebar ajaran Kristen Nestorian
dari Persia yakni Iran, yang menjejakkan kakinya di Barus. Kelompok itu
diperkirakan datang sekira tahun 600an Masehi dan mendirikan gereja
pertama di Desa Pancuran, Barus.
Tambahan: Dalam kitab umat
Yahudi, Melakim (Raja-raja), fasal 9, diterangkan bahwa Nabi Sulaiman
a.s. raja Israil menerima 420 talenta emas dari Hiram, raja Tirus yang
menjadi bawahan beliau. Emas itu didapatkan dari negeri Ophir. Kitab
Al-Qur'an, Surat Al-Anbiya' 81, menerangkan bahwa kapal-kapal Nabi
Sulaiman a.s. berlayar ke "tanah yang Kami berkati atasnya" (al-ardha
l-lati barak- Na fiha). Di manakah gerangan letak negeri Ophir yang
diberkati Allah itu? Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa negeri
Ophir itu terletak di Sumatera! Perlu dicatat, kota Tirus merupakan
pusat pemasaran barang-barang dari Timur Jauh. Ptolemaios pun menulis
Geographike Hyphegesis berdasarkan informasi dari seorang pedagang Tirus
yang bernama Marinus. Dan banyak petualang Eropa pada abad ke- 15 dan
ke-16 mencari emas ke Sumatera dengan anggapan bahwa di sanalah letak
negeri Ophir-nya Nabi Sulaiman a.s.
Secara "teologis" bisa
dikatakan bahwa ugamo malim juga menganut paham monoteistik, kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena tujuan akhir semua doa mereka tetap
diarahkan kepada debata Mulajadi Nabolon (Tuhan Pencipta langit dan
bumi). Ini hal yang luar biasa uniknya. Tidak ada analisis yang dapat
menerangkan itu jika tidak menghubungkannya dengan faham monoteisme
Yudaisme bangsa Israel kuno yang terbawa melekat hingga sekarang, tidak
lekang oleh kikisan kurun waktu ribuan tahun.
Dalam melaksanakan
ibadah, Parmalim melaksanakan upacara (ritual) Patik Ni Ugamo Malim
untuk mengetahui kesalahan dan dosa, serta memohon ampun dari Tuhan Yang
Maha Esa yang diikuti dengan bergiat melaksanakan kebaikan dan
penghayatan semua aturan Ugamo Malim.
Sejak lahir hingga ajal
tiba, seorang "Parmalim" wajib mengikuti 7 aturan Ugamo Malim dengan
melakukan ritual (doa). Ke-7 aturan tersebut adalah :
1. Martutuaek (kelahiran)
2. Pasahat Tondi (kematian)
3. Mararisantu (peribadatan setiap hari sabtu)
4. Mardebata (peribadatan atas niat seseorang)
5. Mangan Mapaet (peribadatan memohon penghapusan dosa)
6. Sipaha Sade (peribadatan hari memperingati kelahiran Tuhan
Simarimbulubosi)
7. Sipaha Lima (peribadatan hari persembahan / kurban)
Selain
ke-7 aturan wajib di atas, seorang "Parmalim" harus menjunjung tinggi
nilai - nilai kemanusiaan seperti menghormati dan mencintai sesama
manusia, menyantuni fakir miskin, tidak boleh berbohong, memfitnah,
berzinah, mencuri, dan lain sebagainya. Diluar hal tersebut, seorang
"Parmalim" juga diharamkan memakan daging babi, daging anjing dan
binatang liar lainnya, serta darah. Manusia yang mematuhi dan mengikuti
ajaran Tuhan dan melakukannya dalam kehidupannya, memiliki pengharapan
kelak ia akan mendapat kehidupan roh suci nan kekal.-Kata bijak Ugamo
Malim Secara implisit, inilah yang menjadi ajaran suci keyakinan Ugamo
Malim atau lebih dikenal dengan Parmalim di Tanah Batak sejak turun
temurun, seperti yang dikatakan Raja Marnakkok Naipospos selaku Ulu
Punguan (pemimpin spiritual) Parmalim terbesar di Desa Hutatinggi
Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir. Menurut beberapa pandangan
ilmuwan sosial, sebenarnya Ugamo Malim layak menjadi sebuah agama resmi.
Alasannya ialah dalam ajaran aliran ini juga terdapat nilai-nilai
religius yang bertujuan menata pola kehidupan manusia menuju
keharmonisan, baik sesama maupun kepada Pencipta.
Dan secara
ilmu sosial tujuan ini mengandung nilai luhur. Bahkan, ajaran Parmalim
menuntut manusia agar hidup dalam kesucian," jelasnya kemudian
menerangkan secara detail asal-muasal kata Parmalim yang berasal dari
kata "malim". Malim berarti suci dan hidup untuk mengayomi sesama dan
meluhurkan Oppu Mulajadi Nabolon atau Debata (Tuhan pencipta langit dan
bumi). "Maka, Parmalim dengan demikian merupakan orang-orang
mengutamakan kesucian dalam hidupnya," jelas Marnangkok. Yang kami puja
tak lain adalah Oppu Mula Jadi Na Bolon bukan"begu" (roh jahat),"
katanya. "Dan inilah yang menjadi bias negatif dari masyarakat terhadap
Parmalim." Marnangkok kemudian menjelaskan, Oppu Mula Jadi Nabolon
adalah Tuhan pencipta alam semesta yang tak berwujud, sehingga Ia
mengutus sewujud manusia sebagai perantaraannya (parhiteon), yakni Raja
Sisingamangaraja yang juga dikenal dengan Raja Nasiak Bagi. Raja Nasiak
Bagi merupakan julukan terhadap kesucian (hamalimon) serta jasa-jasanya
yang hingga akhir hidupnya tetap setia mengayomi Bangsa Batak. Nasiak
Bagi sendiri berarti ditakdirkan untuk hidup menderita. Ia bukan raja
yang kaya raya tetapi hidup sama miskin seperti rakyatnya.
Dengan
demikian, Parmalim meyakini bahwa Raja Sisingamangaraja dan
utusan-utusannya mampu mengantarkan mereka (Bangsa Batak) kepada Debata.
Ugamo Malim diyakini sebagian orang sudah ada sebelum ajaran Kristen
dan Islam masuk ke daerah itu. Hidup dalam kepasrahan. Barangkali itu
jugalah intisari dari pernyataan kata bijak Parmalim yang mengatakan:
"Baen aha diakkui sude bangso on hita, ia anggo so diakkui Debata
pangalahon ta." (Tidakklah begitu berarti pengakuan semua bangsa
terhadap kita, dibandingkan pengakuan Tuhan terhadap perilaku kita).
Catatan: Sisingamangaraja, adalah Singa yang merajai. Para Datu
atau Tua-Tua Batak Toba, menjuluki Singa bagi Hukum dan Singa bagi para
raja. Padahal Singa tidak ada di Tapanuli, yang ada hanyalah Harimau.
Kalau dilihat dari makna simbolis alkitab, hanya Suku Yehuda yang
dijuluki Singa Yehudah.
Seperti apa yang kemudian dijelaskan
Marnangkok, Pemimpin Parmalim, " Untuk apa pengakuan dari setiap bangsa
jika Tuhan sendiri tidak mengakui perbuatan kita di dunia ini?"
Nampaknya, perjuangan Ugamo Parmalim sudah berujung pada kepasrahan.
Dalam kepasrahan ini tentu saja masih ada harapan. Tapi, harapan itu
bukanlah berasal dari dunia, melainkan dari Oppu Mula Jadi Nabolon.
Dalam harapan itu, ada pula ketaatan untuk selalu mempertahankan hidup
suci. Selanjutnya ia mengucapkan kalimat dalam bahasa Batak, "Berilah
kepada kami penghiburan yang menangis ini, bawalah kami dari kegelapan
dunia ini dan berilah kejernihan dalam pikiran kami." Mereka yakin
Debata hanya akan memberkati orang yang menangis. Nah, dalam kepasrahan
yang berpengharapan inilah mereka hidup. Dalam keterasingan itu juga
mereka menyerahkan hidupnya pada "kemaliman" (kesucian). "Parmalim
adalah mereka yang menangis dan meratap," katanya. Dalam ritual Ugamo
Parmalim sendiri, terdapat beberapa aturan dan larangan. Selain
mengikuti 5 butir Patik ni Ugamo Malim (5 Titah Ugamo Malim), juga
terdapat berbagai kewajiban lainnya seperti Marari Sabtu atau ibadah
rutin yang diadakan setiap Sabtu. Dalam menjelang hari Sabtu, pengikut
Parmalim dilarang bekerja atau melakukan kegiatan apapun. Atau melakukan
ucapan syukur dilakukan umat Parmalim setiap hari Sabtu.
Marnakkok
Naipospos, pemimpin Parmalim mengatakan: "Samisara itu hari ketujuh
bagi orang Batak. Diidentikkan dengan hari Sabtu, supaya berlaku untuk
selamanya.
Karena kalau kita bertahan pada kalender Batak, yang
muda ini bisa bingung. Makanya kakek kita menentukan samisara ini hari
Sabtu." Kewajiban lain di antaranya adalah Martutu Aek, yakni pemandian
bayi yang diadakan sebulan setelah kelahiran, Pasahat Tondi yaitu ritual
sebulan setelah kematian, Pardebataan, Mangan na Paet dan Pangkaroan
Hatutubu ni Tuhan.
Ada pun larangan yang hingga kini masih tetap
dipertahankan di antaranya adalah larangan untuk memakan daging babi
dan darah hewan seperti yang lazim bagi umat Kristen. Memakan daging
babi atau darah dianggap tidak malim (suci) di hadapan Debata. Padahal
dalam ajaran
Parmalim sendiri dikatakan, jika ingin menghaturkan
pujian kepada Debata, manusia terlebih dahulu harus suci. Ketika
menghaturkan pelean (persembahan) kesucian juga dituntut agar Debata dan
manusia dapat bersatu. Selanjutnya, Raja Sisingamangaraja memiliki
keturunan hingga 12 keturunan. Itu pun secara roh.
Inilah yang
kemudian menjadi acuan pada acara atau ritual-ritual besar Ugamo
Parmalim yang diadakan rutin setiap Sabtu dan setiap tahunnya.
Ritual-ritual besar Parmalim itu seperti Parningotan Hatutubu ni Tuhan
(Sipaha Sada) dan Pameleon Bolon (Sipaha Lima), yang diadakan pertama
pada bulan Maret dan yang kedua bulan Juli. Yang kedua diadakan secara
besar-besaran pada acara ini para Parmalim menyembelih kurban kerbau
atau lembu. "Ini merupakan tanda syukur kami kepada Debata yang telah
memberikan kehidupan," kata Marnangkok.
Catatan: Dalam Kitab
Paramalim, yakni Tumbang Holing, terdapat kisah manusia pertama, Adam
dan Hawa termasuk taman eden dimana hawa digoda si ular. Hal itu dalam
istilah bahasa Batak Toba. Parmalim itu bisa jadi merupakan ajaran
usianya sudah ribuan tahun, jauh sebelum Islam dan Kristen masuk dan
mempengaruhi keyakinan etnis Batak. Demikian pula dengan simbol dan
pakaian kebesaran kerajaan Batak Toba dan Parmalim, agama leluhur Bangso
Batak Toba, cenderung mendekati simbol-simbol agama Samawi, misalnya,
tongkat, pedang, sorban berwarna putih serta stempel kerajaan. Jika
dihubungkan cerita tentang penemuan mummy Mesir yang dibalsem dengan
rempah- rempah pengawet di antaranya kanfer (kapur barus) serta kisah
tentang Raja (Nabi) Sulaiman/ Salomo membutuhkan rempah-rempah dari
Ophir (Barus) di Tapanuli, diperkirakan jejak agama monotheisme Israel
terserap dan kemudian mengakar dalam keyakinan Parmalim - Hamlimon -
Ugamo Malim, agama Bangso Batak Toba.
Bahkan, Istilah Anak Ni
Raja, dalam bahasa BATAK, yang berarti Anak Raja mengacu kepada Si Raja
Batak sebagai keturunanRaja Shalomo (Yang terkenal Kebijaksanannya atau
Berhikmat), anak dari Raja Israel yang terkenal, Raja Daud (Terkenal
Kepahlawanannya dan Ketakwaannya).
Kesimpulan: Ada seseorang
bertanya kepada Prof.Claude Mariottini, tentang keberadaan Batak toba
dengan menunjukkan bahwa ada kesamaan Religion is Pamalim dengan agama
Israel kuno. sbb
Shalom
I ever heard that there is a
Tribe in Sumatera, Indonesia, namelay the Batak Toba People, they have a
religion is similarly with Ancient Israelite Religion. Their Religion
is PARMALIM or Ugamo Malim. This religion means Holy Faith.
They
believe in one God, Mulajadi Nabolon, The First of the Migthy or the
God Almighty. They always worship on Saturday (Samisara), and they will
not do any activities because it's forbbiden, they sacrifice animals for
redemption and Blessings. They have a priesthood with Altar, they do
the sacrifice outside of the House of Worship, they sacrifice goat, and
cows.
On the sevent day, when every boy-child was born, the child will bring to the priest to bath with water and name him.
They
also married with their realtives, if the elder died, the wife of the
elder sholud marry with the brother of the elder, and so on.
But
many things in Ancinet Isralite Customs in Batak Toba Customs too. In
Batak Toba Land, there are much incenses, they are the best incenses for
ritual in the holy temple.
Barus is the Great Harbour in
Tapanuli, The Northen Sumatera. In the past, may people from Middle
Eastern including the Nestorian Christians came to Barus.
So if you want to search and investigate you may learn them.
Shalom
Bangso Batak Toba, Keturunan Israel Yang Hilang
Description:
Bangsa
Israel kuno terdiri dari 12 suku. Setelah raja Salomo wafat, negara
Israel pecah menjadi dua bagian. Bagian Selatan terdiri dari dua suku
yaitu Yehuda dan Benjamin yang kemudian dikenal dengan nama Yehuda, atau
dikenal dengan nama Yahudi. Kerajaan Selatan ini disebut Yehudah,
ibukotanya Yerusalem, dan daerahnya dinamai Yudea.
Bagian utara
terdiri dari 10 suku, disebut sebagai Kerajaan Israel. Dalam perjalanan
sejarah, 10 suku tersebut kehilangan identitas kesukuan mereka.
Kerajaan
utara Israel tidak lama bertahan sebagai sebuah negara dan hilang dari
sejarah. Konon ketika penaklukan bangsa Assyria, banyak orang Kerajaan
Utara Israel yang ditawan dan dibawa ke sebelah selatan laut Hitam
sebagai budak. Sebagian lagi lari meninggalkan asalnya untuk menghindari
perbudakan.
Sementara itu Kerajaan Yehudah tetap exist hingga kedatangan bangsa
Romawi.
Setelah pemusnahan Yerusalem pada tahun 70 oleh bala tentara Romawi
yang dipimpin oleh jenderal Titus, orang-orang Yehudah pun banyak yang
meninggalkan negerinya dan menetap di negara lain, terserak diseluruh
dunia.
Jauh sebelum itu, ketika masa pembuangan ke Babilon berakhir dan
orang-orang Yehudah atau disebut Yahudi diijinkan kembali ke
negerinya, dan sepuluh suku Israel dari Kerajaan utara memilih tidak
pulang tetapi meneruskan petualangan kearah Timur. Demikian juga
dengan mereka yang diperbudak di selatan laut Hitam, setelah masa
perbudakan selesai, tidak diketahui kemana mereka pergi melanjutkan
hidup.
Dengan demikian banyak diantara bangsa Israel kuno kemudian
kehilangan identitas mereka sebagai orang Israel. Ada sekelompok
penduduk di daerah Tiongkok barat, diterima sebagai puak Cina,
tetapi
secara umum profil wajah mereka agak berbeda dengan penduduk Cina pada
umumnya. Perawakan mereka lebih besar, hidung agak mancung, namun
berkulit kuning dan bermata sipit. Mereka menyembah Allah yang bernama
Yahwe. Sangat mungkin mereka adalah keturunan sepuluh suku Israel yang
hilang yang telah kawin campur dengan penduduk lokal sehingga kulit dan
mata menjadi seperti penduduk asli.
Saya percaya banyak diantara para pembaca yang mengetahui bahwa di
negeri Israel ada sekelompok kecil orang Israel yang berkulit hitam.
Mereka adalah suku Falasha, yang sebelum berimigrasi ke Israel hidup
di
Etiopia selama ratusan generasi. Fisik mereka persis seperti Negro
dengan segala spesifikasinya yaitu kulit hitam legam, bibir tebal,
rambut keriting, dll.
Mereka mengklaim diri mereka sebagai keturunan Israel atau disebut
Beta Israel, dan dengan bukti-bukti yang dimiliki, mereka mampu
memenuhi seluruh kriteria yang dituntut oleh Pemerintah Israel yang
merupakan syarat mutlak supaya diakui sebagai Israel perantauan.
Setelah memperoleh pengakuan sebagai keturunan Israel, sebagian dari
mereka kembali ke Tanah Perjanjian sekitar 15 tahun lalu dengan
transportasi yang disediakan oleh Pemerintah Israel. Itulah sebabnya
mengapa ada Israel hitam.
Mereka seperti orang Negro karena intermarriage dengan perempuan-
perempuan lokal sejak kakek moyang mereka pergi ke Ethiopia. Kita
tahu bahwa bahwa Ethiopia adalah salah satu negara yang penduduknya
mayoritas Kristen yang paling tua didunia. Ingat sida-sida yang
dibaptis oleh Filipus dalam Kisah 8:26-40. Bahkan sebelum era
Kekristenan
pun sudah ada penganut Yudaisme disana.Walaupun banyak yang kembali,
sebahagian lagi tetap memilih menetap di negeri itu, dan merekalah yang
menjaga dan memelihara Tabut Perjanjian yang
konon ada disana.
Apakah ada diantara para pembaca yang pernah mendengar selentingan
bahwa etnik Bangso Batak Toba, adalah juga keturunan bangsa Israel
kuno yang hilang? Mungkin saja tidak, karena orang-orang Batak Toba
sendiri banyak yang tidak mengetahuinya, kecuali segelintir yang memberikan perhatian terhadap hal ini.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia Batak mempunyai arti (sastra),
adalah petualang, pengembara, sedang membatak berarti berpetualang,
pergi mengembara. Walaupun demikian orang Batak dikenali dengan
sikap dan tindakannya yang khas, yaitu terbuka, keras dan apa-adanya.
Hosea
19:17: Allahku akan membuang mereka (ISRAEL YANG MURTAD), sebab mereka
tidak mendengar Dia, maka mereka akan MENGEMBARA diantara bangsa-bangsa.
Mengapa di Sumatera, karena Sumatera adalah salah satu pulau di
Hindia yang berdekatan dengan India. Bandingkan Yesaya 11:11: Pada
waktu Tuhan akan mengangkut pula tangaNya untuk menebus sisa-sisa
umatNya
(Bangsa ISRAEL YANG MURTAD) yang tertinggal di Asyur, dan di Mesir, di
Patros, di Ethiopia, dan di Elam, di Sinear, di Hamat dan di Pulau-pulau
di Laut.
Seperti yang diungkapkan oleh seorang anthropolog dan juga pendeta
dari Belanda, profesor Van Berben, dan diperkuat oleh prof Ihromi,
guru besar di UI (Universitas In 782 donesia), bahwa tradisi etnik
Tapanuli (Batak Toba) sangat mirip dengan tradisi bangsa Israel kuno.
Pendapat itu didasarkan atas alasan yang kuat setelah membandingkan
tradisi orang Tapanuli dengan catatan-catatan tradisi Israel dalam
Alkitab yang terdapat pada sebahagian besar kitab Perjanjian Lama,
dan juga dengan catatan-catatan sejarah budaya lainnya diluar
Alkitab.
Beberapa peneliti dari etnis Tapanuli juga yakin bahwa Batak adalah
keturunan Israel yang sudah lama terpisah dari induk bangsanya, tapi
karena intermarriage dengan penduduk lokal ditempat mana mereka
bermukim membuat orang Batak secara fisik menjadi seperti orang
Melayu.
Seorang Batak Toba, yang sudah lebih dari 20 tahun tinggal di Israel
dan menjadi warga negara, berusaha mengumpulkan data-data untuk
pembuktian. Setelah merasa sudah cukup, dia mengajukannya ke
pemerintah Israel yang waktu itu masih dipimpin oleh PM Yitzak Rabin.
Tetapi tenyata data tersebut belum bisa memenuhi seluruh kriteria.
Pemerintah Israel kemudian meminta agar kekurangannya dicari hingga
dapat mencapai 100 persen supaya pengakuan atas etnis Batak sebagai
orang Israel diperantauan dapat diberi. Konon kekurangan itu
terutama terletak pada silsilah yang banyak missing links-nya, dan
menelusuri silsilah itu agar sempurna sama sulitnya dengan menyelam
ke perut bumi.
Peneliti berharap suatu waktu pada masa depan, Pemerintah Israel
bisa saja mengubah kriterianya dengan menjadi lebih lunak dan etnik
Batak diterima sebagai bahagian yang terpisah dari mereka.
Setelah mendengar selentingan itu, saya benar-benar menaruh minat
untuk
menyelidiki sejauh mana budaya Bangso Batak Toba dapat memberi bukti
similaritasnya dengan tradisi Israel kuno. Alkitab adalah buku yang
prominent dan sangat layak serta absah sebagai kitab pedoman untuk
mencari data budaya Israel kuno yang menyatu dengan unsur sejarah dan
spiritual.
Kesimpulan:
Sah-sah
saja siapapun mengakui dia keturunan siapa. Namun perlu disadari
pengakuan-pengakuan tersebut tidak terlepas dari pengaruh
Agama/keyakinan yang dianut dengan fanatik. Hal hal tersebut tidak asing
bagi kita seperti orang Minang kabau ada yang mengakui mereka adalah
keturunan Iskandar Zulkarnain ( Alexander the great), demikian juga di
sunmatera utara banyak kelompok Islam Syiah mengakui dirinya adalah
keturunan dar Nabi Muhammad saw, sedang mereka kita kenal adalah asli
Batak atau Jawa (Pujakesuma). Jadi kalau ada orang Batak (nasrani),
mengakui dirinya adalah keturunan Israel, sah-sah saja, itu menunjukkan
ketaatan mereka pada Agama/keyakinannya. Jadi tidak perlu kita
perdebatkan, mari saling menghormati keyakinan masing-masing tanpa
berbuat atau mengeluarkan pendapat yang tidak santun, yang akhirnya
menjadikan perpecahan..